30 April 2010

Soal Bahasa Indonesia Terlalu Teoritis

*Penyebab Jebloknya Bahasa Indonesia
LUBUKLINGGAU-
Tingkat kelulusan siswa SMA di Kota Lubuklinggau masih belum 100 persen bahkan persentase kelulusan jauh menurun dari tahun sebelumnya. Dari hasil analisa awal ternyata sebagian besar dari siswa yang tidak lulus itu diakibatkan pelajaran Bahasa Indonesia yang jeblok.

Padahal secara komunikatif Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang paling mudah dipelajari dan dipahami, dibandingkan dengan pelajaran bahasa asing seperti Bahasa Inggris dan Mandarin. Kelemahan siswa sehingga terjebak di pelajaran bahasa yang sehari-hari digunakan itu karena kurangnya pemahaman tethadap teori dan pola bahasa. Artinya pemahaman antara yang dipelajari dengan yang keluar sebagai soal ujian tidak sama.

Menurut salah satu pemerhati Bahasa Indonesia di Lubuklinggau, Irwan Effendi ada beberapa penyebab kendala siswa di Kota Lubuklinggau yang gagal dalam ujian soal Bahasa indonesia. Menurut Irwan esensinya setiap anak bisa berkomunikasi dengan mengunakan Bahasa Indonesia, dan secara umum anak atau siswa mampu menjabarkan pengetahuan dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia sebab sejak berada di sekolah dasar bahasa tersebut merupakan bahasa resmi yang dipelajari.

Namun menyikapi banyaknya siswa yang gagal menjawab soal Bahasa Indonesia dalam ujian nasional lalu , menurutnya dilihat dari segi pengetehuan bahasa seperti penggunaan predikat, objek, subjek, unsur paragraph yang siafatnaya terlalu teoritis.
“Sementara system belajarnya bersifat komunikasi kebahasaan,” kata Irwan kepada Musirawas Ekspres, Kamis (29/4).

Sistem kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diterapkan saat ini semestinya mampu menjadikan guru lebih memiliki integrasi dalam mengajar sehingga ada singkronisasi terhadap pembelajaran di kelas dengan hasil akhir yang diujikan. Selain itu guru harus mampu menekankan terhadap pengetahuan berbahasa siswa, serta unsure-unsur kebahasaan termasuk teori penggunaan unsur-unsur bahasa. Sehingga aspek teori maupun pengetahuan bahasa secara komunikatif bisa difahami siswa secara keseluruhan.

Ia yakin apabila ada keserasian dari bentuk soal artinya kesesuaian tersebut berdasarkan kurikulum yang ada. Namun demikian gagalnya siswa menjawab soal bahasa Indonesia tersebut bukan berarti tidak bisa berbahasa hanya saja menurutnya hal itu masalah teoritis soal yang tidak disesuaikan dengan pembelajaran sebelumnya.

Untuk itu ke depan ia berasumsi penting sekolah memberikan try out, serta pelajaran tambahan pada siswa hal itulah yang bisa dijadikan tolak ukuran dan prediksi yang akan diujikan.

“Sehingga tipe dan kecendrungan soal yang akan diujikan bisa di prediksi sejauh mana kemampuan siswa dalam menjawab soal tersebut,” jelas alumni pasca sarjana Unsri itu. (CW-01)

0 komentar:

Top Reader

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More