26 April 2010

Home Industri Butuh Perhatian Pemerintah

MUSI RAWAS-Kalangan pelaku usaha home industri di Kabupaten Musi Rawas, saat ini mengeluhkan minimnya perhatian dari pemerintah daerah. Terkhusus terkait bantuan modal maupun peralatan usaha.

"Selama ini kami hanya mengandalkan modal dan peralatan yang ala kadarnya saja, jadi wajar kalau usaha kami tidak pernah maju, karena bantuan dari pemerintah tidak ada," kata anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Maju Bersama Desa F Trikoyo, Kecamatan Tugumulyo, Sumartini. Ia mengatakan, usaha industri rumah tangga yang mereka tekuni saat ini beranggotakan 15 ibu-ibu yang setiap harinya memeroduksi makanan ringan berupa keripik pisang, kelanting, emping melinjo dan kerupuk dari ubi kayu, dimana bahan-bahan untuk membuatnya memanfaatkan komuditas yang ada di desa mereka maupun dibeli dari desa lainnya. Hasil produksi kelompok ini selanjutnya dipasarkan ke Kota Lubuklinggau dan daerah lainnya.

Selain memberikan tambahan pendapatan kepada masing-masing keluarga, usaha ini juga kata dia, telah menjadi sarana peningkatan keterampilan dan sarana untuk menimba ilmu pengetahuan. Tepatnya dimana terjadinya komunikasi sesama anggota kelompok dengan kelompok usaha lainnya. Untuk itu dia berharap ke depan, pemerintah daerah agar memperhatikan keberadaan kelompok usaha kaum perempuan yang ada di daerah itu. Baik dengan memberikan bantuan peralatan, modal maupun pembinaan keterampilan, karena aneka produk yang mereka hasilkan tersebut banyak diminati pembeli setelah dikemas ulang oleh pemilik toko sebelum dijual kepasaran.

Hal yang sama juga diutarakan Sutiem (36), Bagian Pemasaran KWT Sari Muri, Desa Megang Sakti II, Kecamtan Megang Sakti. Saat ini produk home industri mereka banyak diminati pembeli baik dari kecamatan setempat maupun dari desa lainny. Namun saat ini mereka masih kesulitan dalam pemodalan serta kemasan untuk memasarkan produk mereka.

KWT Sari Murni beranggotakan 20 ibu-ibu dengan jenis usaha pembuatan keripik ubi kayu, keripik pisang dan sale pisang. Dalam setiap harinya mereka meraup keuntungan antara Rp40.000 - Rp50.000, tergantung dengan banyak tidaknya produksi yang mereka hasilkan.

Sejauh ini kata dia, mereka hanya diperhatikan dan dilibatkan oleh pemerintah setempat manakala akan ada pelaksanaan event-event tertentu saja, selebihnya mereka tidak mendapat perhatian. (ME-06)

0 komentar:

Top Reader

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More