27 April 2010

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ’Jeblok’

*Lulus 100 Persen, Sujud Syukur Massal
LUBUKLINGGAU-
Sedikitnya 205 siswa SMA/MA/SMK Kota Lubuklingau tidak lulus ujian akhir nasional (UN) tahun pelajaran 2009-2010. Ke-205 itu terdiri dari 153 siswa SMK, 4 orang siswa MA dan 48 orang siswa SMA.

Demikian dikatakan Kepala Dinas pendidikan (Disdik) Kota Lubuklinggai, Hj Septiana Zuraida melalui Kabid Dikmenti, Agusni Effendi didampingi Kasi Kurikulum irianto. Kesemua siswa tersebut kebanyakan tidak lulus mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mengingat Bahsa Indonesia pada pelaksanaan UN kali ini terlalu banyak wacana, sehingga hal itu dapat menghambat siswa dalam mengisi Lembar jawaban.

”Sebab untuk soal wacana itu membutuhkan waktu yang panjang, sementara waktu yang diberikan hanya 1,45 menit per mata pelajaran,” terang Agusni Effendi ketika dijumpai wartawan koran ini di ruang kerjanya, Senin (26/4).

Sementara itu patauan Musirawas Ekspres personil polisi kemarin berjaga-jaga di beberapa sekolah yang banyak terdapat siswanya tidak lulus UN. Salah satunya SMKN 3 Lubuklinggau (STM, red) cukup banyak polisi berjaga-jaga di sana mengingat siswa di sini paling banyak yang tidak lulus UN.

*Larangan Konvoi Dilanggar

Sementara itu himbauan Disdik Kota Lubuklinggau dan Mura kepada para siswa untuk tidak melakukan konvoi dan aksi coret baju seragam sekolah usai pengumuman UN tidak diindahkan. Terbukti ratusan siswa yang dinyatakan lulus tetap melakukan aksi coret-coret baju serta konvoi dengan sepeda motor di sepanjang jalan Yos Sudarso dan Jalinsum. Kondisi tersebut mendapat perhatian serius dari pihak kepolisian bahkan sempat terjadi aksi kejar-kejar polisi dengan siswa yang konvoi tanpa mengidahkan aturan berlalu lintas.

Pantauan Musirawas Ekspres, Polantas Lubuklinggau, Senin (26/4) di sepanjang Jalan Yos Sudarso terlihat berjaga-jaga dan patroli. Namun hal itu tidak membuat takut pada siswa untuk melakukan aksinya sehingga terjadilah aksi kejar-kejaran dan banyak yang kocar kacir dikejar polisi.

Namun ada kejadian lucu dalam aksi para siswa tersebut, untuk coret-coret baju seragam ternyata bukan hanya siswa yang lulus saja yang melakukannya tetapi ada sebagian siswa yang tidak lulus ikut-ikutan dalam aksi yang katanya sudah tradisi tersebut. Mereka beralasan ikut dalam aksi tersebut agar moment bahagian tersebut tidak lewat begitu saja dan juga untuk menghilangkan rasa stress dan sedih karena tidak lulus UN.

Irwansayh siswa SMA Negeri di Mura yang sengaja melakukan aksi coret-coret baju mengakui memang jauh sebelum diumumkannya hasil pengumuman UN ia dibuat cemas. Pasalnya mereka dihantui rasa ketakutan dan khawatir kalau hasil UN mengecewakan. Terlebih karena pada pelaksanan UN kali ini, selain adanya kenaikan standar nilai kelulusan juga adanya pemberitaan dari suatu daerah yang tingkat kelulusannya sangat minim. Namun kecemasan tersebut kini berbuah manis, karena tingkat kelulusan siswa di SMA nya mencapai 100 persen lulus. Sehingga untuk melampiaskan rasa kegembiraa ini ia lakukan coret-coret baju.

Sementara menurut Kepala Dinas Pendidikan Mura melalui Kasi Pembinaan SMA, A Bastari, bagi siswa yang tidak lulus berhak mengikuti ujian susulan atau pada ujian susulan tersebut gagal ia masih bisa mengikuti ujian kesetaraan.
Kemudian ia juga merasa gembira karena di Mura tidak dijumpai adanya kecurangan, dan hasilnya sangat memuaskan. Hal itu, tentunya berkat adanya pengamanan yang ekstra ketat, ditambah adanya pengawas independen yang mampu menutup ruang gerak untuk terjadinya kecurangaan

Lain halnya di SMAN Muara Kelingi. Tingkat kelulusan di sekolah ini cukup fantatis yakni mencapai 100 persen. Atas keberhasilan tersebut ada langkah yang cukup unik dilakukan ratusan siswa di sana. Ratusan siswa SMAN Muara Kelingi begitu mengetahui lulus 100 persen langsung melakukan sujud syukur massal secara spontanitas tanpa dikomando siapapun.

Kepala UPT Pendidikan Muara Kelingi, Suhardin mengaku lega dengan pencapai SMAN Muara Kelingi. Terkait penguman kelulusan pihaknya sedari awal sudah menyampaikan himbauan untuk tidak melakukan aksi coret-coret dan kebut-kebuttan.
”Saya menyarakan agar seragam sekolah disumbangkan karena masih bisa untuk yang lebih bermanfaat. Makanya jangan sampai baju seragam dicorat-coret karena jika ini dilakukan maka tidak akan ada manfaatnya lagi,” terangnya. (ME-04)

0 komentar:

Top Reader

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More