16 Oktober 2008

Sempat Putus Asa, Kini Maju Pantang Mundur


*Perjuangan Menuju Kursi Legislatif (1)

Pemilu 2009 masih cukup lama, pasalnya 2008 saja belum usai. Namun menjelang pemilu beberapa orang sudah mulai gontok-gontokan, baik soal nomor urut maupun keabsahan kepengurusan. Khusus di Lubuklinggau yang pertama kali memanas adalah masalah PKB, dimana ada dua kubu, yakni Kubu Muhaimin dan Gusdur. 

Endang Kusmadi – Lubuklinggau

Mungkin Drs Sulfi Hendra alias Paul, salah satu bakal calon legislatif untuk Kota Lubuklinggau, yang pertama kali harus berhadapan dengan masalah. Belum lagi proses pencalonan di KPU Kota Lubuklinggau, badai sudah menerjang, Partai Kebangkitan Bangsa yang dipimpinnya pecah di pusat (Dewan Pimpinan Pusat –DPP-, red).
 Mau tidak mau kondisi Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKB Kota Lubuklinggau yang dipimpinnya limbung, apalagi muncul dua kubu kepemimpinan. Hanya saja nasib baik berpihak kepadanya, dimana Kubu Muhaimin yang diakui pemerintah dan KPU, mengakui kepengurusan PKB Kota Lubuklinggau yang dipimpin Sulfi Hendra.
 Tapi badai belum berlalu, Kubu Gusdur ternyata juga mengakui kepengurusan lainnya sebagai pengusus DPC PKB Lubuklinggau, yakni Johansyah dan A Hafidz Noeh. Antara kedua belah pihak hingga kini masih sering beradu opini di media massa. Hanya saja Sulfi Hendra tentunya menang selangkah.
 “Alhamduillah, kini kita sudang tenang, pasalnya Daftar Calon Sementara (DCS) kita sudah ada, dan menunggu DCT dari KPU saja. Artinya KPU Kota Lubuklinggau mengakui keberadaan kita, kendati sebelumnya mereka harus croos chek ke DPP PKB dan KPU di Jakarta,” jelasnya.
 Ditambahkannya selama adanya masalah dengan Kubu Johansyah (Ketua DPC PKB Kota Lubuklinggau versi Gusdur), pihaknya sudah beberapa kali menawarkan adanya islah, bahkan pernah difasilitasi oleh DPW. Hanya saja sepertinya kelompok Johansyah tidak mau, padahal pihaknya hingga pencalonan siap mengakomodir kelompok tersebut.
 “Karena kita memang sudah dipesankan dari DPP dan DPW agar tetap menjaga hubungan baik dengan sesama teman sendiri,” terangnya.
 Sulfi yang didampingi Sekretarisnya, Ir Muktarul Muslimin Hanan, juga mengungkapkan Pergantian Antar Waktu (PAW) yang dipermasalahkan Johansyah, sebenarnya membuka kesalahan sendiri. “Jika ia mempertanyakan persetujuan yang ditandatangani Muhaimin Iskandar dan Lukman Edi, menjelaskan secara implisit dia tidak mengaku keberadaan Muhaimain sebagai ketua DPP dan Lukman Edi sebagai Sekretaris,” jelas.
 Selain itu ditambahkannya bahwa, di dalam AD/ART juga tidak dijelaskan bahwa surat dari DPP PKB harus ditandatangani oleh empat orang. “Terlalu naif jika dipermasalahkan, karena secara hirarki absolute, kepengurusan DPP ada di Jakarta, bukannya di daerah apalagi jika posisinya hanya anggota biasanya,” terangnya.
 Sementara itu, merunut ke belakang, ditambahkan Paul ia sebenarnya sempat menghapuskan keingginannya untuk menjadi anggota legislatif, pasalnya pada pemilu 2004 lalu ia sudah mencalonkan diri, yakni nomor urut tiga untuk dapil tiga yakni Lubuklinggau Selatan. Hanya saja, setelah berjuang bahkan tidak sedikit modal dihabiskan, ia tidak terpilih.
 “Makanya saya sempat putus asa. Bahkan pernah ingin mundur dari partai, dan berfikir lebih baik saya meneruskan usaha. Tapi berkat dorongan teman-teman, bahkan mensuport saya menjadi ketua, sekarang saya siap mengkuti Pemilu, bahkan dengan hasil terburuk sekalipun,” jelasnya yang mengaku ingin mengabdi dan memberikan yang terbaik kepada warga Lubuklinggau.(*)
 
  


0 komentar:

Top Reader

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More