Durian salah satu jenis buah andalan yang ada di Lubuklinggau, musimnya satu tahun sekali, semua orang menyukai buah ini tanpa terkecuali, ketika sedang musim buah durian seperti sekarang ini banyak pedagang berjajar di sepanjang jalan untuk menjual buah durian.
Oleh : Eli Susilawati - Ulak Lebar
Indra (23) warga sekitar Jl Depati Said Kelurahan Ulak Lebar Kecamatan Lubuklinggau Barat II, dalam kesehariannya biasanya menjadi tukang ojek, tetapi kini harus pindah profesi menjadi penjual durian untuk mencukupi kebutuhan istri dan satu orang anaknya. “Walaupun saya tidak punya pohon durian, jika musim durian seperti sekarang ini saya merasa senang sekali karena saya jadi ikut panen rezeki, dengan berjualan durian, walaupun dari pagi hingga malam saya jalankan “ ungkap Indra.
Menjadi penjual durian musiman sudah dijalani Indra sejak enam tahun yang lalu, disamping pekerjaan sehari- harinya menjadi tukang ojek, tidak sedikit keuntungan yang diperolehnya,. Biasanya ia membeli satu keranjang durian sekitar Rp 90.000 berisi 25 buah, ada yang kecil dan ada yang besar, kemudian dipisahkan dan kemudian untuk dijual dengan harga yang berbeda- beda pula.
“Karena sekarang sudah musim atau istilahnya banjir durian maka harga sudah termasuk murah, durian ukuran besar saya jual rata- rata Rp.10.000/buah, tetapi kalau yang sedang dan kecil harganya berkisar Rp 4.000 hingga Rp 6.000,” ungkap Indra sambil melayani pembeli.
Selain Indra ada juga Sudirman (38), profesinya juga tidak jauh berbeda disamping kesehariannya menjadi tukang ojek bapak empat anak ini juga mau tidak mau, beralih profesi menjadi penjual durian hingga larut malam, karena menurutnya lebih menguntungkan. Walaupun ada juga kesedihan jika hujan turun.
“Kalo ari ujan tu na dagangan aku dak laku, tapi kalu dak ujan alhamdulillah bisa bawa berkah “ ungkapnya sambil tersenyum. Dalam sehari paling sedikit 30 buah pasti laku terjual, dan kalau nasib sedang mujur ada pembeli dari luar kota memborong semua durian.
Wajah senang dan gembira menyambut datangnya musim durian juga terlihat dari raut wajah Zainuri, yang biasanya mangkal dikawasan Jalan Depati Said, dengan sabar dan semangat menunggu pembeli yang datang meski harus kepanasan, sebagai tukang ojek menurutnya hasilnya tidak seperti menjual durian, walaupun demikaian kadangkala barang dagangan juga habis terjual tetapi setidaknya keuntungan sudah diperoleh.
Untuk buah durian yang sudah dua hari tidak habis terjual, menurut mereka dibawa pulang dan dibuat tempoyak, jadi menjual durian walaupun tidak habis mereka tidak merasa rugi, sebab masih tetap bisa menghasilkan uang dari hasil penjualan tempoyak.
Bukan hanya tukang ojek yang harus rela dan senang hati beralih profesi jadi penjual durian, Sus warga Kelurahan Lubuk Aman biasanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga berjualan sayur- sayuran keliling, tetapi kini untuk sementara waktu harus melupakan sejenak berkeliling menjajakan sayuran, ia lebih memilih mangkal dipinggir jalan depati Said bersama sekitar 20 orang lainnya dari pagi sekitar pukul 08.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB untuk menjual durian mulai dua mingguan yang lalu.
“Saya rela melupakan sejenak berjualan sayuran hanya untuk mencari tambahan biaya hidup sehari- hari saya dengan berjualan durian, karena lebih menguntunkan, walupun tidak laku tetapi tidak terbuang sia- sia seperti sayuran, bisanya jika dalam dua hari tidak laku langsung saya bawa pulang kemudian saya buat tempoyak, kemudian saya jual, akhirnya kan jadi uang lumayanlah dari pada saya nganggur dan hanya mengandalkan suami” jelasnya.*
0 komentar:
Posting Komentar