24 Oktober 2008

Sebelumnya Pernah Dengar Isu Pasar akan Ludes

Kerumunan anak-anak yang sedang asyik membolak-balikkan sisa- sisa puing kebakaran, dan mencari barang bekas yang masih layak dijual kiloan, seakan tak mau tahu duka yang dirasakan para pedagang yang kiosnya terbakar, tangis kesedihan terlihat pecah..........

Oleh : Eli Susilawati- Lubuklinggau

Pagi kemarin (Kamis, 23/10) merupakan hari berkabung bersama bagi para pedangang yang ada di kawasan Pasar Inpres Lubuklinggau, pasca kebakaran yang menimpa beberapa rumah toko ( rumah toko ) milik puluhan pedagang pecah belah, dan pakaian. Di sekitar puing- puing kios itu tampak beberapa pedagang.

Mereka ada yang berdiri termangu, duduk lemas tak berdaya dan ada yang semangat membolak- balikkan tumpukan sisa-sisa barang dagangan mereka. Tidak sedikit pula yang tak kuasa lagi menahan air mata yang sudah tak terbendung lagi, pekik tangis menambah suasana makin haru dan sedih.

Mael ( 37) salah satu pedagang pecah belah juga tak kuasa menahan kesedihannya. Setelah mendengar kabar bahwa Pasar Inpres terbakar ia bergegas pergi untuk melihatnya dan menyelamatkan barang dagangannya tetapi apalah daya kecepatan yang dimiliki tak secepat si jago merah yang dengan sekejap melumat habis seluruh barang pecah belah miliknya.

Sama halnya dengan Tarzan, sudah sekitar delapan tahun berjualan barang pecah belah dan hiasan rumah tangga lainnya juga harus kehilangan mata pencahariannya karena kiosnya telah berubah jadi arang. Kesedihannya tak terbendung, air matapun menetes, sebagai tulang punggung keluarga ia belum tahu bagaimana kelanjutannya. 

“Apa mungkin masih bisa berjualan lagi ditempat ini,” ungkapnya dengan nada bertanya. Tidak sedikit kerugian yang diderita akibat kebakaran ini, rata- rata pedagang memperkirakan kerugian mereka mencapai Rp. 50-an juta.

Demikian juga dengan Yunita, menurutnya sebelum peristiwa kebakaran terjadi, memang pernah mendenga isu- isu yang beredar di pasar bahwa setelah lebaran pasar yang mereka tempati bakal ludes atau habis. Ia tidak mengira kalau isu itu ternyata benar adanya, dan terbukti kini memang pasar telah menjadi rata, siapa pelaku dibalik semua ini?........

“Entahlah ini memang murni kebakaran, atau memang sengaja ada pihak-pihak dan oknum tetentu yang memang tidak senang dan menginginkan kami untuk pindah dari lokasi ini” ungkapnya sedih. Kalau memang ada pihak yang sengaja melakukan ini kok begitu tega.

“Toh kami semua yang ada di sini manusia, butuh makan dan mencari penghasilan, kalau memang benar- benar tidak menginginkan kami para pedagang tetap berjualan di sini, kenapa tidak dibicarakan secara baik- baik saja sehingga tidak menimbulkan kerugian material seperti ini “ tambahnya dengan linangan air mata.

Muklis juga tidak jauh memiliki nasib yang sama denga meraka dan lainnya. Kiosnya kini telah jadi arang, tidak secuilpun barang dagangan bisa diselamatkan. Walaupun malam itu sudah berusaha mendatangi tempat kejadian tetapi si jago merah telah berkobar-kobar, ia hanya bisa lemas termangu membiarkan barang dagangan terbakar. 

“Menurut cerita kebakaran ini karena terjadi konsleting arus listrik di salah satu toko pakaian, hingga menjalar ketempat lain, tapi kebenarannya saya tidak tahu,” tandasnya.

Selain itu juga mereka menyayangkan keberadaan pihak keamanan yang berjaga-jaga di kawasan tersebut. Kemana waktu api masih kecil, kenapa tidak segera mengambil langkah dan tindakan, malah terkesan sembunyi.

Namun apa mau dikata, peristiwa sudah terjadi, kebenaran dan kesalahan kini bukan lah persoalan yang harus diperebutkan. Namun nasib para pedagang itu tampak lesu dan kuyu, terlihat pandangan mata kosong dan shock, mereka semua terkejut dengan peristiwa ini, selain kerugian materi mereka juga harus kehilangan mata pencaharian. Hanya satu harapan mereka supaya pihak pemerintah tidak masa bodoh dengan peristiwa ini, namun setidaknya mau peduli atas penderiataan mereka, dan berharap dapat memberikan ganti rugi serta solusi yang baik. (*) 

0 komentar:

Top Reader

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More