KENDATI blok A Pasar Inpres Kota Lubuklinggau habis terbakar, tidak serta merta pedagang yang berjualan disana akan pindah ke Pasar Bukit Sulap (PBS) yang sudah disiapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau.
Buktinya, kemarin (Jumat, 24/10) pedagang yang kiosnya terbakar tetap membersihkan tempat tersebut untuk berjualan kembali. Uniknya pedagang tersebut tetap ngotot tidak mau pindah karena tempat yang dipersiapkan di PBS terlalu sempit.
Salah seorang pedagang di blok A, Yar kepada Musirawas Ekspres menegaskan sebanyak 62 pedagang yang menempati kios di Blok A pasar Inpres tidak mau pindah, walaupun kios yang selama ini ditempati untuk berjualan habis terbakar. Keengganan untuk pindah itu bukan tanpa alasan, karena kios yang sudah dibangun Pemkot Lubuklinggau di PBS ruangannya sangat kecil, Cuma berukuran 1x1 meter.
“Kami tidak akan pindah kalau tempatnya cuma 1 x 1 meter, pedagang akan pindah apabila kios yang disiapkan tersebut ukurannya lebih dari itu,” tegasnya. Artinya pedagang akan pindah apabila ukuran kios minimal 2 x 2 meter. Kalau ukuran seperti yang dikehendaki pedagang, kemungkinan pedagang tanpa dipaksa akan pindah ke PBS. “ Tolong sampaikan ke Walikota dan Wakil Walikota Lubuklinggau pedagang akan pindah ke PBS asalkan tempat untuk berjualan memadai,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu Yar mengatakan bahwa ia mulai berdagang di blok A Pasar Inpres Lubuklinggau sejak 1994 lalu sampai sekarang. Sebelumnya lokasi tempat berjualan adalah tempat orang kencing dan buang air besar. “Kami merintis berjualan sejak mantan Bupati Rajab Semendawai. Dulunya tempat untuk kncing dan mising (buang air kecil dan besar, red),” paparnya.
Pertama kali merintis menurut Yar pedagangnya hanya berjumlah 20 orang, seiring bertambahnya waktu jumlah pedagangpun bertambah. Kalau sekarang mau usir kami tetap bertahan untuk memehuni kebutuhan hidup sehari-hari. “Sanggup pindah asal tempat memadai, karena tempat yang disiapkan terlalu sempit,” tegasnya.
Di tempat terpisah Mail yang tokonya habis terbakar mengatakan akibat kebakaran tersebut, ia mengalami kerugian sekitar Rp 150 juta. Modal usaha tersebut kebanyakan pinjaman dari bank.
Untuk itu sebagai pedagang ia meminta ada kebijakan dari Pemkot Lubuklinggau untuk memikirkan pedagang yang kiosnya habis terbakar. “Apalagi saat ini masih menyekolahkan anak. Kalau tidak ada kebijakan bagaimana mau hidup dan menyekolahkan anak,” kata Mail. (ME-02)
0 komentar:
Posting Komentar