*Warga L Sidoarjo Diteror Buaya Lapar
Warga Desa L Sidoharjo Kecamatan Tugumulyo saat ini resah. Bukan karena tingkat kriminal mulai meningkat akibat krisis global namun diteror buaya lapar yang ganas. Tidak masuk akal memang, namun kejadiannya demikian dimana korban terus bertambah walaupun tidak sampai merenggut nyawa. Informasinya dulu buaya yang disekitar sungai alam di L Soharjo tidak banyak, namun sejak tahun 2000-an buayanya terus berkembang dan mulai berani hingga keluar dari sarang. Untuk buaya dewasa kemungkinan jumlahnya mencapai belasan belum lagi ditambah buaya kecil.
Oleh : Ratih D Lukitasari - Tugumulyo
Peristiwa yang sempat menggemparkan warga Desa L Sidoharjo Kecamatan Tugumulyo, Sabtu (18/10) pagi masih melekat di benak Parjo (78), warga setempat. Saat itu kaki kirinya digigit seekor buaya sungai, yang diduga sedang kelaparan. Rasa trauma yang dimiliknya juga dirasakan oleh warga sekitar, khususnya bagi warga yang memiliki sawah yang dekat dengan sungai. Sejak peristiwa tersebut, banyak warga yang takut untuk pergi mengolah sawah, dikarenakan sungai alam yang dihuni banyak buaya sungai berdekatan dengan areal persawahan penduduk.
Ceritanya, pagi itu sekitar pukul 07.00 WIB, Sabtu (18/10) seperti biasa Parjo berniat pergi ke sawahnya mengingat sedang musim tanam. Seperti pagi biasanya, Parjo jalan dengan tenang menyeberangi jembatan bambu yang dipasang untuk menyeberangi sungai alam menuju sawahnya. Sebelum sampai di sawahnya, Parjo berniat mengambil dahan waru.
Tanpa curiga Parjo menepi di tepi sungai untuk memotong dahan waru tersebut. Tiba-tiba, kakinya langsung digigit oleh buaya yang menghuni sungai tersebut. Buaya yang sudah dewasa tersebut, langsung mencoba menarik tubuh Parjo ke dalam sungai. Syukur pada saat itu, Parjo langsung sigap berpegangan pohon waru yang ada di sampingnya. Sambil berpegangan erat, Parjo berusaha menarik kaki kirinya yang pada saat itu sudah tertancap oleh gigi buaya.
Karena masih pagi, suasana di lokasi tentu terbilang sepi. Makanya tidak ada yang menolong Parjo dari gigitan buaya. Namun pada saat itu, Parjo tidak habis akal, sabit yang masih digenggamannya, ditusukannya ke bagian leher buaya. Karena merasa sakit, buaya tersebut langsung melepas gigitannya dan masuk ke dalam sungai.
Langsung saja, Parjo pulang ke rumahnya. Melihat kondisi kaki pamannya yang tembus karena gigi buaya, Pairin langsung membawa Parjo ke Puskesmas terdekat agar bisa diberikan pertolongan medis. ”Darahnya berceceran di sepanjang jalan ini mbak..” ujar Paimin saat ditemui Musirawas Ekspress Rabu (22/10) di rumah Parjo.
“Kemarin (saat kejadian, red) sampai mendapat 30 jahitan lebih saat dirawat di Puskesmas dan tadi (kemarin, red) saja baru ganti perban. Kaki yang tergigit di kaki kiri, tembus hingga ke telapak kaki,” ujar Pairin. Pria berkulit hitam itu mengaku pamannya masih trauma jika mengingat kejadian tersebut.
“Namun saya juga masih bersyukur, posisi kaki itu lurus. Mungkin kalau melintang sudah patah kaki saya ini. Kemarin kalau buayanya memaksa menarik lebih keras, kulit dan daging kaki kiri saya ini mungkin robek,” tutur Parjo menambahkan.
Diceritakan sebenarnya dulu buaya yang ada di sungai desanya tidak banyak. Hanya saja sejak tahun 2000-an buayanya semakin banyak, bahkan lebih berani keluar dari sarang. “Untuk buaya dewasa mungkin lebih dari 10 ekor atau belasan belum lagi anak-anaknya,” ujar Pairin menimpali penuturan Parjo.
Masih menurut Pairin, buaya-buaya yang hidup di sungai tersebut tidak pernah diganggu oleh warga sekitar. Telurnya sekalipun tidak pernah diganggu atau diambil. Namun sudah sejak tahun 2006 yang lalu, buaya yang hidup di sungai tersebut mulai berani naik ke sawah milik warga. “Sampai padi yang ditanam rusak semua,” ujarnya.
Bahkan buaya tersebut pernah masuk ke dalam kolam ikan milik warga setempat dan memangsa ikan yang berada yang di dalam kolam. “Buayanya saat itu dipukuli oleh pemilik kolam dan langsung masuk ke sungai. Dan sekarang ketika petani yang memukul datang ke sawah buayanya langsung naik siap menyerang, seakan ada dendam karena dipukuli. Makanya warga tersebut takut untuk ke sawah,” cerita Pairin.
Selain merusak sawah milik warga dan masuk ke kolam ikan, buaya-buaya tersebut juga sering memangsa bebek peliharaan warga sekitar yang kadang melintasi sungai. Pernah juga memangsa kambing milik warga yang sedang ditambatkan di pohon sekitar lahan kebun milik warga. “Pohonnya waktu itu sampai patah, akibat tarikan buaya tersebut,” katanya.
Sejak kejadian digigitnya kaki Parjo, buaya-buaya semakin berani muncul ke permukaan. Setiap ada orang ke sawah, buaya tersebut langsung naik ke atas dan membuka moncongnya. “Beberapa waktu lalu ada tetangga saya yang mau menyemprot tanaman di sawah, tapi melihat buaya ada di permukaan langsung pulang lagi ke rumah, takut,” kata Parjo.
“Atas kejadian ini kita berharap ada bantuan dari pemerintah untuk menangani buaya-buaya ini. Karena kalau dari desa sendiri tidak berani,” ujar Pairin menambahkan harapannya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar