27 Oktober 2008

Petani di Rupit ‘Mogok’ Menyadap Karet

Harga Karet Rp 2.500/Kg, Petani Alih Profesi

RUPIT–Rendahnya harga karet dan sawit di Kecamatan Rupit mengakibatkan sebagian petani karet enggan atau istilahnya mogok menyadap karet. Alasannya harga jual karet tidak sebanding dengan harga beras saat ini. Tidak hanya mogok, sebagian dari mereka (petani, red) untuk sementara terpaksa beralih profesi. 

Salah seorang petani karet di Kelurahan Rupit, Kecamatan Rupit, Saf kepada Musirawas Ekspres mengatakan penghasilan mereka sejak satu bulan terakhir turun drastis lantaran harga karet saat ini anjlok hingga Rp 2.500/kg.

“Dipastikan hampir sebagian penyadap karet di Rupit enggan untuk berangkat ke kebun, sebab selisih harga selama ini cukup jauh, sehingga ada sebagian penyadap karet memilih beralih profesi dan pulang ke kampung,” terang Saf.

Dikatakan Saf, perbandingannya harga beras saat ini berkisar Rp 6.500/kg, jauh lebih mahal dari harga karet. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan kalangan petani karet, sebab sebagaian petani merupakan penyadap upahan artinya mereka harus membagi dua hasil dengan pemilik lahan.

“Dengan harga karet seperti saat ini banyak penyadap karet yang terkejut. Artinya selama ini harga karet terbilang tinggi sehingga petani berani membayar kredit barang hingga jutaan rupiah per bulan. Namun saat ini petani kewalahan harus menutupi biaya kredit barang mereka lantaaran hasil yang didapatkan dari menjual karet saat ini tidak mencukupi,” kata Saf.

Akibat dari kondisi ini, diakui Saf, tingkat kriminalitas satu bulan terakhir di Kecamatan Rupit meningkat. Terbukti dalam satu Minggu terjadi empat hingga lima kali penodongan sepeda motor.

“Jelasnya saya tidak tahu, tetapi sejak karet murah, penodongan sepeda motor di Rupit dalam satu minggunya hampir tidak berkelang. Tingginya angka kriminalitas ini jelas disebabkan musim paceklik saat ini,” ungkapnya.

Dilanjutkan Saf, saat ini banyak petani karet lebih memilih untuk tidak menyadap karet sembari mencari pekerjaan baru yang dapat menghasilkan uang, mengimbangi harga beras.

“Petani karet sudah malas untuk menyadap karet, mereka lebih memilih berdiam diri sembari mencari pekerjaan baru. Diharapkan kepada pihak terkait agar secara serius menyikapi kondisi ini, khususnya terhadap keamanan masyarakat sebab warga khawatir akan mengalami tindak kriminalitas pada mereka di saat krisis saat ini,”pungkasnya.

Sebelumnya Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Mura, H Zainal Arifi AS S.Sos menginformasikan hal serupa. Bahkan untuk beberapa desa di Kecamatan Muara Rupit harga karet benar-benar najlok hingga Rp 2.000 /kg. Kondisi ini sudah berlangsung cukup lama dan suah mulai berdampak terhadap masyarakat setempat. (ME04)

0 komentar:

Top Reader

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More