25 Oktober 2008

Pisah dengan Keluarga, Satu Hari Jatah Makan Rp 10 Ribu

*Cerita Pekerja ‘Impor’ Penggali Kabel dari Brebes

 Beberapa hari ada pemandangan yang beda di pinggiran jalan dalam wilayah Kota Lubuklinggau. Di sisi jalan raya ini terlihat pekerja penggali kabel yang diketahui milik PT Telkom, dengan tumpukan tanah hasil galian. Usut punya usut ternyata para pekerja ini bukan warga Kota Lubuklinggau atau daerah tetangga namun ternyata bisa diistilahkan impor (datangan, red) dari pulau Jawa tepatnya Brebes, Jawa Tengah. Bagaimana sebenarnya kisah tukang gali pipa yang katanya sudah keliling Indonesia ini, berikut hasil perbincangan Musirawas Ekspres dengan beberapa pekerja.

Oleh : Rahmad Sutesno - Lubuklinggau 

Biasanya jika ada proyek pemasangan kabel tanah baik Telkom, PLN ataupun pipa air, biasanya para pekerja membuat lubang di sepanjang sisi jalan untuk menanamnya menggunakan cangkul dan sekop. Namun untuk kabel Telkom yang akan ditanam di tanah ternyata teknisnya berbeda. Para pekerja tidak menggali secara keseluruhan namun hanya di beberapa bagian saja untuk kemudian semacam membuat bor manual pipa untuk memasukkan selang plastik warga oranye.

Pekerjaan ini tentunya membutuhkan kemahiran tersendiri. Tidak bisa dikerjakan oleh orang biasa yang sama sekali tidak ada pengalaman dalam hal ini. Makanya dalam pemasangan kabel PT Telkom di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Mura yang sudah berlangsung beberapa hari ini dikerjakan oleh orang khusus.

Tidak tanggung-tanggung para pekerja didatangkan dari Brebes, Jawa Tengah. Dan pekerja impor ini ternyata memang mempunyai spesialiasi membuat lubang untuk menanam kabel PT Telkol. Buktinya mereka sudah mengerjakan pekerjaan ini di beberapa provinsi di Indonesia. Nah karena sering keliling, otomatis para pekerja ini lebih sering meninggalkan kelurga yang mayoritas tinggal di Brebes. 

Jauh dari perhatian keluarga, makan seadanya, jika sakit harus berjuang sendiri dan wajib pintar-pintar mengantur keuangan agar bisa pulang membawa uang yang banyak untuk menutupi kehidupan keluarga dan tentunya menyenangkan anggota keluarga yang selalu menantikan kepulangan mereka. 

Salah satu contoh dialami Maskun (36) bersama anaknya Mulyadi (18) warga Brebes, Jawa Tengah. Kedua orang dari generasi berbeda ini rela pisah dengan keluarga hanya untuk mengais rezeki sebagai tukang gali pipa Telkom. Dengan jujur dan bangga, Maskun mengaku sangat bersyukur diberika kenikmatan sejat sehingga dirinya masih bisa bekerja. 

Ayah empat anak asal Brebes, Jawa Tengah itu mengaku sudah bisa mengumpulkan uang secukupnya untuk keperluan keluarga di Brebes. Membiayai sekolah anak, membeli sandang pangan dan papan untuk keluarga serta menyisihkan sedikit uang untuk melaksanakan khayalannya bisa piknik dengan anggota keluarga. Uangnya tentu didapatnya dari upah mengerjakan proyek galian di Lubuklinggau selama sekitar dua bulan ini. 

Bersama sekitar 70 temannya asal Pemalang, Jawa tengah Maskun mengerjakan proyeknya berupa penanaman kabel telepon di Lubuklinggau. Sudah setengah bulan Maskun dan teman-temannya menginjakkan kaki di Lubuklinggau tentunya untuk bekerja bermodalkan kemahiran dan fisik yang kuat. Sistem kerja Maskun dan puluhan temannya adalah borongan. Untuk galian satu meter dibayar Rp 9.000. 

 Dalam satu hari menurutnya terkadang bisa menggali lebih dari lima meter, dengan kedalaman galian untuk menanam pipa kabel telepon 2 hingga 2,4 meter.

"Paling sedikit saya masih bisa mendapat Rp 100.000 per hari. Kalau pengeluaran saya dan anak saya dijatahi Rp 20.000 per hari untuk makan dan rokok. Dan hasilnya saya masih bisa menyisihkan Rp 80.000 untuk keluarga nantinya di kampung dalam satu hari kerja," kata Maskun sambil menghisap rokok kretek.

Maskun yang ditemui Musirawas Ekspres ketika sedang asyik melepaskan peluh mengatakan sudah satu tahun ia dan anaknya (Mulyadi red) berkecimpung dengan tanah. Dimana sebelum menginjakkan kaki di Lubuklinggau Maskun bersama dengan teman-temannya sudah pulang dari Aceh, Sulawesi, Padang, Langkat dan Kalimantan.

“Setelah selesai di Llubuklinggau rencananya akan berpindah ke Lahat. Ya inilah kerja kita selalu berpindah untuk sekedar mencari uang menutupi kebutuhan. Di masa sulit seperti saat ini kerja kasar yang halal sangat penting,” tukasnya. *

0 komentar:

Top Reader

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More