MUARA BELITI-Seperti halnya Pulau Bali, Kampung Bali di Desa Bumi Agung Kecamatan Muara Beliti dan kecamatan lainnya Selasa (16/3) bak kota mati. Tidak terlihat aktivitas warga keturunan Bali. Bahkan sama sekali tidak terdengar suara radio, tape, televisi dan kendaraan bermotor di perkampungan tersebut.
Kondisi tersebut sejalan dengan perayaan Hari Raya Nyepi yang bertepatan dengan tahun Saka 1932. Menurut salah seorang umat Hindu warga Kampung Bali Desa Bumi Agung, Ktut Danu didampingi istrinya Ktut Simpen, suasana tersebut pasti terjadi setiap perayaan Nyepi.
“Ini merupakan upaya intropeksi diri selama satu tahun atas apa yang telah dikerjakan,” ungkap Ktut.
Menurutnya, Hari Raya Nyepi merupakan tonggak untuk berpikir lebih baik lagi di masa yang akan datang. Ditemui Musirawas Ekspres Selasa (16/3) seusai membersihkan sisa sesajen di halaman ruamahnya, Ktut mengungkapkan, sebelum memperingati Hari Raya Nyepi, para umat Hindu terlebih dahulu mensucikan diri (Tirta Amerta), melakukan ngerumpuk memberikan purba bekala atau memberikan doa kepada para mahkluk lain, atau ghaib yang pada dasar baik dan sekarang menjadi jahat agar tidak jahat lagi.
"Pada hari inilah (kemarin, red) para umat Hindu melakukan meditasi (penyepian, untuk intropeksi diri). Jadi pada saat penyepian ini para umat Hindu dilarang menghidup musik, nonton tv dan menyalakan api, yang intinya segala aktifitas semua harus dihentikan. Termasuk juga aktivitas pekerjaan rutin sehari –hari,”
katanya. Dijelaskan Ktut, para umat Hindu dilarang keluar rumah, ataupun menerima tamu (Amerti Kenya), tidak boleh melakukan masak-memasak sepertinya menyalakan lilin api (Amerti Geni), tidak boleh marah dan harus menahan hawa nafsu (Amerti lelungan) dan tidak boleh bersenang-senang. Intinya harus meditasi terhadap apa yang kita lakukan selama ini (Amerti Lelangungan).
"Jadi, setelah semua itu bisa dihadapi dengan baik dan benar, maka akan mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat (Maksa dan Jagahita)," sebutnya.
Usai Hari Raya Nyepi, hari ini sekitar pukul 06.00, katanya, barulah para umat Hindu bisa melakukan silahturrahmi pada sanak saudara. Dikatakan, peringatan Hari Raya Nyepi Saka 1932 ini merupakan ritual kepercayaan umat Hindu di daerahnya, sedangkan untuk di daearah lain seperti yang berada di kecamatan ciptodadi mungkin ritualnya berbeda.
"Intinya semua itu adalah sama yang membedakan hanya ritualnya, sementara ajaranya masih dari kitab suci Weda yakni Fatwa, susila dan ritual," jelasnya.
Sementara itu berdasarkan penelusuran Musirawas Ekspres di daerah tersebut tidak ada satupun aktivitas warga yang menganut agama hindu. Daerah tersebut bagaikan tak berpenghuni, hanya satu petugas sesajen bersama istrinya yang saat itu berhasil ditemui wartawan koran ini. (CW-01)
Berita Utama
17 Maret 2010
Kampung Bali bak Kota Mati
Top Reader
-
LUBUKLINGGAU- Beredarnya isu menyesatkan mengenai dua sejoli yang sedang berhubungan intim dan tidak bisa lepas (gancet) hebohkan warga Lubu...
-
LUBUKLINGGAU- Mengejutkan. Ternyata antenna yang dipasang ditower PT Telkomsel menyebarkan radiasi tinggi yang menimbulkan dampak kesehatan ...
-
*Operasional Terkendala Izin Slot Time MUSI RAWAS- Rencana penerbangan reguler melalui Bandara Silampari untuk pesawat komersil dengan rute ...
-
MUSI RAWAS- Pembukaan jalur penerbangan Lubuklinggau-Jakarta via Bandara Silampari Mura-Bandara Sokarno Hatta Cengkareng Jakarta menuai suks...
-
LUBUKLINGGAU- Dua orang tersangka jambret nyaris tewas dikeroyok massa. Keduanya adalah Doni (20) dan Eko Saputra (26), keduanya warga Jl Ga...
0 komentar:
Posting Komentar