07 Desember 2009

Pengurus Vihara Gelar Kegiatan Pensakralan dan Purna Pugar


LUBUKLINGGAU-Sabtu (4/12) lalu pengurus Vihara Budha menggelar acara pensakralan dan purna pugar Vihara Budha di Kelurahan Taba Jemekeh Kecamatan Lubuklinggau Timur I. Kegiatan tersebut dalam rangka sebagai salah satu wujud toleransi dalam hidup beragama dan bermasyarakat dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan diantara umat beragama kita sebagai bangsa indonesia, serta menciptakan lingkungan yang kondusif dengan tetap menghormati prinsip-prinsip agama dan pelestarian budaya dan lingkungan. Pensakralan dan vugar vihara buda itu dimeriahkan dengan aksi panggelaran seni barongsai yang ditampilkan seniman umat Budha.

* Vihara Budha
Acara tersebut dihadiri langsung Walikota Lubuklinggau, Riduan Effendi. Walikota dalam sambutanya mangatakan Jejak-jejak peradaban buddha yang tersebar dalam wilayah indonesia umumnya dan kota Lubuklinggau khususnya, membawa pesan moral dari masa silam yang dapat kita pedomani pada masa kini.

Warisan peradaban masa silam mampu menumbuhkan proses kreatif yang melahirkan berbagai bentuk kesenian, tradisi, budaya bernuansa religi.

Dan pagelaran seni yang di tampilkan dengan penuh semangat spiritual ini menggambarkan kreatifitas yang dapat merekatkan persahabatan dan kehidupan harmonis antar anggota masyarakat.

Dirinya juga berharap toleransi antar umat beragama ini akan selalu terjaga sehingga kedepan kota Lubuklingau ini menjadi kota yang harmonis dengan berbagi suku, ras, dan agama.

Terpisah, panitia pelaksana Kailani dan Ir Hindra Soemarjono, mengatakan
pembangunan rehabiliasi Vihara Buddha Indonesia ini sendiri menelan dana
sekitar Rp 75 juta, dengan lama waktu pembangunan serta pemugaran kurang
lebih 2 tahun. "Bangunan ini merupakan sumbangsih dari umat Buddha yang
ada di kota Lubuklinggau," ujarnya. Untuk melaksanakan ibadah Vihara
Buddha Indonesia dapat menampung kurang lebih 500 umat. "Yah, kalau
sampai keluar Vihara jumlahnya mencapai ribuan. Tetapi, kalau untuk
didalam Vihara mampu menampung lebih kurang 500 orang," ujarnya.

Sementara itu, wakil ketua umum pengurus pusat majelis Buddhayana
Indonesia Jakarta, Tanjung Kate, yang sudah meninggalkan kota
Lubuklinggau selama 60 tahun lebih ini berharap dengan di bangunnya
Vihara terbesar di kota Lubuklinggau, menyambut baik adanya pembangunan
ini. hanya saja menurutnya, pembangunan Vihara adalah fisik. Sedangkan
yang lebih dikedepankan adalah pembangunan mental spiritualnya.

"Kita ingin agar ajaran Buddha Indonesia sesuai dengan kultur Indonesia.
Dimana yang pertama adalah, tidak sectarian atau mengkotak-kotakan diri,
kedua instutisme, ketiga flurarisme dan universalisme. Dimana kita
menghargai adanya perbedaan dan mengedepankan persamaan. Jadi kita dapat
saling harga menghargai dengan agama lain," ujarnya sehingga keharmonisan
agama terjalin harmonis.(CW-01)

0 komentar:

Top Reader

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More