15 Desember 2009

Musi Rawas Rawan TB Paru

MUSI RAWAS–Berdasarkan data di Dinas Kesehatan (Dinkes), potensi penderita TB Paru di Kabupaten Mura cukup tinggi. Pada 2008 lalu, Dinkes berhasil menemukan penderita TB Paru di Muara Kelingi dengan 37 kasus (BTA+), sedangkan Puskesmas Muara Beliti 36 Kasus (BTA+) dan Puskesmas Rupit 28 Kasus (BTA+).

Kepala Dinkes Mura, Harun Sohar melalui Kepala Bidang P2PL, Yanuar Saleh mengatakan proporsi penderita TB Paru pada umumnya lebih banyak pada usia produktif 15 hingga 54 tahun sebanyak 91%. Dengan rincian 15-24 tahun 15%, 25-34 tahun 23%, 35-44 tahun 26% dan 45-54 tahun 20%. Sementara Proporsi Anak 0-14 tahun sebesar 4 %, Lansia atau di atas 65 tahun sebesar 5 %. Artinya 2007 terjadi penurunan produktitas sebesar 91% dan penularan di masyarakat sebesar 4%.

Sedangkan menurut data yang ada pada pihaknya sejak 2000 hingg 2007 menunjukkan trend penemuan penderita TB Paru BTA positif meningkat sebesar 7%. Sejak tahun 2003 penjaringan penderita TB BTA positif sesuai dengan standar Depkes yaitu 10 %, artinya penetapan kreteria suspek tidak terjadi kelonggaran atau selektif.

Upaya pengobatan penderita TB Paru ini, kata Yanuar meliputi kegiatan penanganan penderita dengan strategi DOTS, konversi dan kesembuhan serta kualitas pemeriksaan diagnostik TB secara mikroskopis.

”Tahun 2000 sampai dengan 2007 dari semua penderita TB BTA Positif yang terdaftar semuanya atau 100% dilayani dengan pengobatan DOTS,” ujar Yanuar.

Sedangkan untuk trend kesembuhan penderita TB Paru BTA positif sejak 2000 sampai dengan 2007 di atas 85%, pada tahun 2001 sudah mencapai diatas 85 % sedangkan tahun 2007 97%.

Artinya, kata Yanuar komitmen kepatuhan dalam menelan obat lebih baik dan peran PMO terhadap kesembuhan dan pengendalian keteraturan berobat efektif sehingga menunjukkan kinerja program baik. Upaya penemuan kasus TB Paru di Kabupaten Mura dilakukan dengan mencari kasus yang ada dimasyarakat, dimana berdasarkan target nasional diperkirakan dalam 1000 penduduk ada 1,6 penderita TB Paru.

”Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 menunjukkan terjadinya peningkatan yakni pada tahun 2000 sebesar 14 % meningkat di tahun 2005 menjadi 40 %. Namum pada tahun 2006 dan tahun 2007 terjadi penurunanan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2005,” jelasnya.

Hal ini, kata Yanuar disebabkan karena upaya pencarian penderita TB Paru di masyarakat tidak dilakukan dengan optimal dimana rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan dahak secara laboratorium di Puskesmas dan juga di beberapa Puskesmas terjadi penurunan kinerja petugas laboratorium seperti Puskesmas Ma.Lakitan, Puskesmas Pauh, Puskesmas Air Beliti, Puskesmas Jayaloka, Cecar dan Ciptodadi. Untuk meningkatkan cakupan penemuan penderita TB Paru diperlukan upaya pencarian penderita secara langsung pada masyarakat yang beresiko tinggi dan adanya insentif bagi petugas pengelola program dan Laboratorium.(ME-06)

0 komentar:

Top Reader

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More