01 Desember 2009

Merasa Terancam 36 Warga Translok Tinggalkan Hunian

MUSI RAWAS-Merasa terancam keselamatannya, sedikitnya 63 KK warga transmigrasi lokal Desa Pauh Kecamatan Rawas Ilir terpaksa meninggalkan huniannya. Menurut warga translok, saat ini hunian dan lahan yang diberikan pemerintah saat ini telah ditempati warga yang tidak terdaftar sebagai anggota translok resmi dari pemerintah.

“Banyak warga Translok tidak betah menjalani kehidupannya di lokasi translok Desa Pauh karena hidup dibawah ancaman oknum preman. Dari pada keselamatannya terancam lebih baik kembali ke Lubuklinggau,” kata salah satu warga Translok, Dwn saat dihubungi koran ini. Dwn mengakui saat ini ia bersama warga lainnya telah meninggalkan hunian yang diberikan pemerintah dan lebih memilih tinggal di daerah asal. Penyebabnya, dikatakan Dwn hunian yang mereka dapatkan tersebut telah disita oknum preman desa Pauh.  

“Dari pada kita harus tertekan mengikuti aturan mereka (preman, red) lebih baik pergi meninggalkan Translok. Selain itu warga translok yang hidup di bawah ancaman tidak memiliki wadah untuk berlindung,” kata Dwn.

Sedangkan pihak yang diberi kewenangan untuk keamanan translok bentukan pemerintah desa yang terdiri dari preman itu sendiri.

“Banyak hak warga translok yang harus dibagi dua dengan preman. Contohnya pendistribusian jatah hidup, warga harus memberikan separuh dari miliknya. Kondisi ini sangat meresahkan warga sehingga lebih memilih untuk meninggalkan huniannya,” terangnya.

Dwn mengakui jika rumah yang mereka tempati sekarang ini tidak dijual oleh oknum preman tersebut hanya saja mereka mengenakan biaya sewa jika ada warga yang berniat menempati rumah tersebut. 

“Karena ditinggalkan pemiliknya, rumah dan lahan disewakan oleh oknum atau sebagai ganti rugi lahan, padahal warga yang menyewa bukan peserta trasmigrasi lokal,” katanya.

Selain itu kata Dwn, KUPT desa sama sekali belum pernah memantau perkembangan translok karena disinyalir takut akibat ancaman preman. 

“Jika dibina secara serius dan diberikan perlindungan, warga translok akan tetap tinggal karena sejak awal mereka berniat untuk menjadi petani di kawasan itu,” ungkapnya.

Yang jelas, lanjut Dwn akibat hidup di bawah ancaman, warga translok lebih memilih meninggalkan rumah dan lahan translok yang diberikan kepada mereka. “Warga translok yang bertahan masih banyak, tetapi sebagian warga lebih memilih pindah karena tidak tahan hidup di bawah ancaman,” pungkasnya. (ME-06)

0 komentar:

Top Reader

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More