* Jangan Ikut-Ikutan
LUBUKLINGGAU-Pemuda diwilayah Kota Lubuklinggau harus membangun kebersamaan. Karena dengan adanya kebersamaan pembangunan akan lebih cepat. Perbedaan itu boleh saja terjadi, tapi jangan ikut-ikutan. Seharusnya pemuda memberi pemahaman kepada pemuda lainnya bahwa pemuda Linggau tetap bersatu.
Pernyataan ini dilontarkan Wakil Walikota Lubuklinggau, SN Prana Putra Sohe, menanggapi adanya Musyawarah Kota (Muskot) Komite Nasional Indonesia (KNPI) tandingan beberapa waktu lalu.
“ Masalah Muskot KNPI, di pusat dan di Provinsi sudah ada dua komunitas. Mereka ikut-ikutan, seharusnya pemuda Linggau berorientasi siapa saja yang diakui, akan mengikuti,”jelas Nanan, kepada Musirawas Ekspres, Jumat (20/11) diruang kerjanya.
Dikatakannya ia sangat menyayangkan pemuda Linggau ikut-ikutan dengan apa yang terjadi di Pusat dan Provinsi. Untuk apa membuat Muskot KNPI tandingan. Karena yang namanya KNPI harus ada pengurus kecamatan dan OKP yang diakui. “Kalau OKP yang dipusat aktif tetapi di Linggau tidak pernah aktif, kalau kita akomodir sama saja kita mencederai pemuda itu sendiri,”ungkapnya.
Masakan mengakui OKP yang struktur kepengurusannya tidak ada. Cuma ada mandat, sementara papan nama tidak ada. Kalau memang ada pengurus kecamatan, kapan membentuknya.
Diakuinya dengan adanya Muskot tersebut bisa menjadikan suatu pembelajaran. Karena ia sudah memberikan saran, masukan, gambaran. Tapi saran dan gambaran itu tidak diikuti tetapi dibantah. Artinya untuk apa ia mengakui orang yang tidak mengakui saran dan gambaran yang diberikannya.
“Aku melepaskan hal itu karena merasa biasa saja dengan perbedaan dialam demokrasi. Aku legowo dengan perbedaan dialam demokrasi,”jelasnya.
Apalagi terpilihnya ketua KNPI sebelumnya juga secara aklamasi. Padahal aklamasi bagian dari demokrasi. “Hendaknya kita ini meletakan tatanan yang baik. Dulu KNPI ini dipilih main tunjuk saja. Sekarang sudah baik, sudah dilaksanakan sesuai tatib yang ada, mekanisme, pleno, tidak satu hari selesai.Kedepan kita harapkan lebih bagus lagi dengan persatuan dan kestuan,”pintanya.
Pembentukan organisasi bukan untuk dijadikan sebagai ajang perpecahan. Apalagi tidak gampang membikin organisasi.
Ia juga menyayangkan Muskot tersebut mamakai nama KNPI. Harusnya bisa memakai nama lain seperti pemuda Linggau, Forum Pemuda Linggau. “Mengapa harus memakai nama KNPI, pakai saja nama pemuda lain, memangnya Musda di ballroom Hotel Abadai Lubuklinggau bukan pemuda. Bikin saja lembaga lain kalau memang mau berbuat. Mau pemuda Linggau atau forum pemuda linggau, komunitas pemuda linggau,”tegasnya.
Contohnya PDI-Perjuangan pecah menjadi PDP, itu yang seharusnya menjadi gambaran.
rtinya kalau mau pecah bukan memevah satu komunitas, tetapi pecah membuat OKP yang akhirnya menjadi satu.
Kenapa ikut-ikutan, harusnya sebagai pemuda bisa menunjukan bahwa pemuda Linggau bersatu dengan segala perbedaan yang ada. “Bukannya membuat-buat satu menjadi dua, seharusnya membuat sepuluh menjadi satu,”terangnya.
Untuk itu ia belum bisa Muskot KNPI di Hotel Transit. Karena yang diakui telah melaksanakan Musyawarah Daerah (Musda).”Kita belum bisa mengakui, karena yang sudah diakui yang telah melaksanakan Musda,”ujarnya.(ME-07)
0 komentar:
Posting Komentar